Hingga kemarin, tiga hari sejak Israel melancarkan operasi militer bersandi Jaga Perbatasan, situasi dan kondisi di Jalur Gaza benar-benar mengenaskan dan sangat berbahaya.
Negara Zionis itu melancarkan serangan dari udara, laut, dan darat. Perang berlangsung tidak seimbang. Para pejuang Palestina hanya mengandalkan roket-roket memang kini mampu menjangkau semua kota di Israel. Serbuan roket-roket itu belum mampu membunuh satu pun warga Israel.
Namun persenjataan mutakhir negara Bintang Daud itu, termasuk pesawat pengebom nirawak, membikin sekitar 1,6 juta penduduk Gaza telah diblokade selama tujuh tahun tidak punya pilihan buat mencari selamat. Apalagi rumah-rumah warga sipil juga menjadi sasaran. Akibatnya, hampir seratus orang terbunuh dan lebih dari 700 lainnya cedera.
Seperti biasa, saban perang para pemimpin Hamas saya kenal tiarap. Telepon-telepon seluler milik Mahmud Zahar, Tahir Nunu, Fauzi Barhum, Sami Abu Zuhri, dan Ahmad Yusuf tidak bisa dihubungi. Untung saja Isra al-Mudallal, juru bicara perempuan pertama Hamas, bisa ditelepon meski suaranya kadang tidak terdengar jelas.
Berikut penjelasan Isra al-Mudallal soal kondisi terkini di Gaza saat dihubungi Faisal Assegaf dari merdeka.com melalui telepon selulernya semalam.
Bisakah Anda jelaskan seberapa buruk kondisi Gaza saat ini?
Situasi di Gaza saat ini benar-benar menyedihkan, pembantaian terjadi di mana-mana. Israel melancarkan gempuran gempuran udara di seantero Gaza dan mereka bahkan tidak mengecualikan rumah-rumah sebagai sasaran.
Mereka menyasar penduduk sipil dan orang-orang tidak berdosa di dalam rumah mereka. Hingga (Kamis) pagi ini 78 orang terbunuh akibat agresi Israel ke Gaza dan 540 lainnya luka. Situasinya benar-benar buruk, amat berbahaya, dan serbuan terhadap daerah-daerah permukiman terus meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut Anda, Israel bakal berani melancarkan serangan darat?
Saya pikir hal itu tidak akan terjadi. Mereka memang telah menyiapkan pasukan di daerah perbatasan. Mereka tidak bisa melakukan invasi lantaran kami telah siap menghadapi segalanya.
Sejalan dengan kian parahnya krisis di Gaza hari ini (Kamis) Mesir sudah membuka perbatasan Rafah. Ini membuat hidup lebih mudah bagi para pasien.
Untuk berapa lama perlintasan Rafah akan dibuka?
Mereka tidak bilang soal waktunya, namun mereka katakan gerbang dibuka hanya untuk korban cedera agar bisa dirawat di Mesir.
Sebelum ini, apakah perlintasan Rafah pernah dibuka?
Hanya untuk pemegang paspor Mesir dan kadang pasien ingin berobat.
Bagaimana dengan persediaan obat-obatan untuk merawat pasien dan korban luka akibat gempuran Israel?
Pihak Rumah Sakit Syifa hari ini menyatakan mereka benar-benar kekurangan stok obat-obatan untuk mengobati para korban. Kami sangat membutuhkan bantuan obat-obatan.
Apakah menurut Anda perang kali ini lebih buruk ketimbang dua perang sebelumnya?
Tentu saja jauh lebih buruk karena mereka menyasar rumah-rumah warga sipil. Mereka telah melanggar hukum internasional. Kurang dari sepekan, mereka telah merusak ratusan rumah, sebagian rata dengan tanah. Kerusakan dan jatuhnya koran sipil akan terus bertambah.
Apakah perang terbaru ini bisa menyulut terjadinya intifadah ketiga?
Kita tidak bisa mengatakan soal itu karena sebenarnya sulit untuk menilai situasi saat ini. Tapi sudah terjadi intifadah di Tepi Barat karena situasi di sana sangat buruk
Negara Zionis itu melancarkan serangan dari udara, laut, dan darat. Perang berlangsung tidak seimbang. Para pejuang Palestina hanya mengandalkan roket-roket memang kini mampu menjangkau semua kota di Israel. Serbuan roket-roket itu belum mampu membunuh satu pun warga Israel.
Namun persenjataan mutakhir negara Bintang Daud itu, termasuk pesawat pengebom nirawak, membikin sekitar 1,6 juta penduduk Gaza telah diblokade selama tujuh tahun tidak punya pilihan buat mencari selamat. Apalagi rumah-rumah warga sipil juga menjadi sasaran. Akibatnya, hampir seratus orang terbunuh dan lebih dari 700 lainnya cedera.
Seperti biasa, saban perang para pemimpin Hamas saya kenal tiarap. Telepon-telepon seluler milik Mahmud Zahar, Tahir Nunu, Fauzi Barhum, Sami Abu Zuhri, dan Ahmad Yusuf tidak bisa dihubungi. Untung saja Isra al-Mudallal, juru bicara perempuan pertama Hamas, bisa ditelepon meski suaranya kadang tidak terdengar jelas.
Berikut penjelasan Isra al-Mudallal soal kondisi terkini di Gaza saat dihubungi Faisal Assegaf dari merdeka.com melalui telepon selulernya semalam.
Bisakah Anda jelaskan seberapa buruk kondisi Gaza saat ini?
Situasi di Gaza saat ini benar-benar menyedihkan, pembantaian terjadi di mana-mana. Israel melancarkan gempuran gempuran udara di seantero Gaza dan mereka bahkan tidak mengecualikan rumah-rumah sebagai sasaran.
Mereka menyasar penduduk sipil dan orang-orang tidak berdosa di dalam rumah mereka. Hingga (Kamis) pagi ini 78 orang terbunuh akibat agresi Israel ke Gaza dan 540 lainnya luka. Situasinya benar-benar buruk, amat berbahaya, dan serbuan terhadap daerah-daerah permukiman terus meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut Anda, Israel bakal berani melancarkan serangan darat?
Saya pikir hal itu tidak akan terjadi. Mereka memang telah menyiapkan pasukan di daerah perbatasan. Mereka tidak bisa melakukan invasi lantaran kami telah siap menghadapi segalanya.
Sejalan dengan kian parahnya krisis di Gaza hari ini (Kamis) Mesir sudah membuka perbatasan Rafah. Ini membuat hidup lebih mudah bagi para pasien.
Untuk berapa lama perlintasan Rafah akan dibuka?
Mereka tidak bilang soal waktunya, namun mereka katakan gerbang dibuka hanya untuk korban cedera agar bisa dirawat di Mesir.
Sebelum ini, apakah perlintasan Rafah pernah dibuka?
Hanya untuk pemegang paspor Mesir dan kadang pasien ingin berobat.
Bagaimana dengan persediaan obat-obatan untuk merawat pasien dan korban luka akibat gempuran Israel?
Pihak Rumah Sakit Syifa hari ini menyatakan mereka benar-benar kekurangan stok obat-obatan untuk mengobati para korban. Kami sangat membutuhkan bantuan obat-obatan.
Apakah menurut Anda perang kali ini lebih buruk ketimbang dua perang sebelumnya?
Tentu saja jauh lebih buruk karena mereka menyasar rumah-rumah warga sipil. Mereka telah melanggar hukum internasional. Kurang dari sepekan, mereka telah merusak ratusan rumah, sebagian rata dengan tanah. Kerusakan dan jatuhnya koran sipil akan terus bertambah.
Apakah perang terbaru ini bisa menyulut terjadinya intifadah ketiga?
Kita tidak bisa mengatakan soal itu karena sebenarnya sulit untuk menilai situasi saat ini. Tapi sudah terjadi intifadah di Tepi Barat karena situasi di sana sangat buruk
0 comments:
Post a Comment