Mengingat waktu yang telah berlalu membuatku khawatir. Aku terlalu
egois untuk menempuh ganasnya rimba kota. Kini saat sudah kujalani baru ku
rasakan. Betapa aku menyakiti mereka yang susah payah menyayangiku dan
membesarkanku selama ini.
Aku memang berjuang untuk selalu ingin mengangkat derajat
kedua orang tuaku di hadapan orang yang merendahkan mereka. Sakitnya hati ini
karena piciknya fikiran orang liar yang menginjak keluargaku membuatku tak
peduli lagi apa yang aku lakukan.
Kadang sempat terbersit dalam benakku “ AKU MENYESAL TUHAN “.
Tapi aku selalu beusaha menghilangkan fikiran kejam itu. Selalu aku fikirkan
bahwa JIKA NASI SUDAH MENJADI BUBUR, MAKA TUHAN AKAN MENYIAPKAN SEGALA
PELENGKAP BUBUR AGAR LEBIH LEZAT. Dan sampai sekarang prinsip itu masih aku
pegang. Agar aku tidak mengalami krisis kepercayaan akan perasaan.
0 comments:
Post a Comment