DALAM JALANKU


          Mengingat waktu yang telah berlalu membuatku khawatir. Aku terlalu egois untuk menempuh ganasnya rimba kota. Kini saat sudah kujalani baru ku rasakan. Betapa aku menyakiti mereka yang susah payah menyayangiku dan membesarkanku selama ini.

          Aku memang berjuang untuk selalu ingin mengangkat derajat kedua orang tuaku di hadapan orang yang merendahkan mereka. Sakitnya hati ini karena piciknya fikiran orang liar yang menginjak keluargaku membuatku tak peduli lagi apa yang aku lakukan.

         
Semua yang ku alami menjadi awal dari keberanianku menantang dunia. Ayah, ibu, adik – adikku, aku sangat mencintai mereka. Selalu aku usahakan agar aku menjadi orang sukses. Dan bisa membahagiakan mereka.

          Kadang sempat terbersit dalam benakku “ AKU MENYESAL TUHAN “. Tapi aku selalu beusaha menghilangkan fikiran kejam itu. Selalu aku fikirkan bahwa JIKA NASI SUDAH MENJADI BUBUR, MAKA TUHAN AKAN MENYIAPKAN SEGALA PELENGKAP BUBUR AGAR LEBIH LEZAT. Dan sampai sekarang prinsip itu masih aku pegang. Agar aku tidak mengalami krisis kepercayaan akan perasaan.


Israel tengah membantai warga Gazaa terbaru


Hingga kemarin, tiga hari sejak Israel melancarkan operasi militer bersandi Jaga Perbatasan, situasi dan kondisi di Jalur Gaza benar-benar mengenaskan dan sangat berbahaya.

Negara Zionis itu melancarkan serangan dari udara, laut, dan darat. Perang berlangsung tidak seimbang. Para pejuang Palestina hanya mengandalkan roket-roket memang kini mampu menjangkau semua kota di Israel. Serbuan roket-roket itu belum mampu membunuh satu pun warga Israel.

Namun persenjataan mutakhir negara Bintang Daud itu, termasuk pesawat pengebom nirawak, membikin sekitar 1,6 juta penduduk Gaza telah diblokade selama tujuh tahun tidak punya pilihan buat mencari selamat. Apalagi rumah-rumah warga sipil juga menjadi sasaran. Akibatnya, hampir seratus orang terbunuh dan lebih dari 700 lainnya cedera.

Seperti biasa, saban perang para pemimpin Hamas saya kenal tiarap. Telepon-telepon seluler milik Mahmud Zahar, Tahir Nunu, Fauzi Barhum, Sami Abu Zuhri, dan Ahmad Yusuf tidak bisa dihubungi. Untung saja Isra al-Mudallal, juru bicara perempuan pertama Hamas, bisa ditelepon meski suaranya kadang tidak terdengar jelas.

Berikut penjelasan Isra al-Mudallal soal kondisi terkini di Gaza saat dihubungi Faisal Assegaf dari merdeka.com melalui telepon selulernya semalam.

Bisakah Anda jelaskan seberapa buruk kondisi Gaza saat ini?

Situasi di Gaza saat ini benar-benar menyedihkan, pembantaian terjadi di mana-mana. Israel melancarkan gempuran gempuran udara di seantero Gaza dan mereka bahkan tidak mengecualikan rumah-rumah sebagai sasaran.

Mereka menyasar penduduk sipil dan orang-orang tidak berdosa di dalam rumah mereka. Hingga (Kamis) pagi ini 78 orang terbunuh akibat agresi Israel ke Gaza dan 540 lainnya luka. Situasinya benar-benar buruk, amat berbahaya, dan serbuan terhadap daerah-daerah permukiman terus meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut Anda, Israel bakal berani melancarkan serangan darat?

Saya pikir hal itu tidak akan terjadi. Mereka memang telah menyiapkan pasukan di daerah perbatasan. Mereka tidak bisa melakukan invasi lantaran kami telah siap menghadapi segalanya.

Sejalan dengan kian parahnya krisis di Gaza hari ini (Kamis) Mesir sudah membuka perbatasan Rafah. Ini membuat hidup lebih mudah bagi para pasien.

Untuk berapa lama perlintasan Rafah akan dibuka?

Mereka tidak bilang soal waktunya, namun mereka katakan gerbang dibuka hanya untuk korban cedera agar bisa dirawat di Mesir.

Sebelum ini, apakah perlintasan Rafah pernah dibuka?

Hanya untuk pemegang paspor Mesir dan kadang pasien ingin berobat.

Bagaimana dengan persediaan obat-obatan untuk merawat pasien dan korban luka akibat gempuran Israel?

Pihak Rumah Sakit Syifa hari ini menyatakan mereka benar-benar kekurangan stok obat-obatan untuk mengobati para korban. Kami sangat membutuhkan bantuan obat-obatan.

Apakah menurut Anda perang kali ini lebih buruk ketimbang dua perang sebelumnya?

Tentu saja jauh lebih buruk karena mereka menyasar rumah-rumah warga sipil. Mereka telah melanggar hukum internasional. Kurang dari sepekan, mereka telah merusak ratusan rumah, sebagian rata dengan tanah. Kerusakan dan jatuhnya koran sipil akan terus bertambah.

Apakah perang terbaru ini bisa menyulut terjadinya intifadah ketiga?

Kita tidak bisa mengatakan soal itu karena sebenarnya sulit untuk menilai situasi saat ini. Tapi sudah terjadi intifadah di Tepi Barat karena situasi di sana sangat buruk

Serangan Israel tewaskan 50 korban di Gaza, 500 terluka


Juru bicara badan layanan darurat Ashraf al-Qudra mengatakan, hampir 500 orang juga terluka. Di antara korban tewas pada Rabu kemarin, adalah 10 anak, tujuh perempuan, dan tiga anggota kelompok gerilyawan.

Dilansir AFP, Kamis (10/7), setidaknya dari lima kali serangan udara Israel, semua korban tewas adalah perempuan dan anak. Pada Rabu sore, sebuah rudal mengenai sebuah rumah di Al-Maghazi, lokasi kamp pengungsian di bagian pusat Gaza, mengakibatkan terbunuhnya seorang ibu bersama empat anaknya. Sebelumnya, dua perempuan dan empat anak juga tewas di bagian utara dan timur Kora Gaza.

Serangan di bagian timur kota Gaza, Shejaiya, menewaskan dua anak bersaudara berusia 12 dan 13 tahun. Sementara serangan lain di perumahan Zeitun membunuh seorang ibu dengan anaknya yang baru berusia 18 bulan.

Demikian juga seorang ibu berusia 40 tahun yang tewas bersama anaknya (14) saat rudal Israel meledak di Beit Hanun. Sementara di Rafah, bom pesawat Israel menewaskan nenek berusia 60 tahun dan anak perempua berumur 10 tahun.

Sementara itu pada Rabu dini hari, serangan udara Israel di Beit Hanun berhasil menewaskan seorang komandan perang kelompok Islamic Jihad, Hafez Hammad. Namun lima anggota keluarganya--termasuk di antara dua perempuan dan gadis berusia 16 tahun--juga turut menjadi korban.

Di Gaza bagian tengah, sekelompok petugas medis harus mengangkat mayat nenek berusia 80 tahun dari reruntuhan rumahnya yang rusak akibat serangan udara Israel. Masih di wilayah yang sama, seorang pria usia lanjut juga tewas bersama anaknya.

Sejak dimulainya serangan militer bernama "Operation Protective Edge" pada Selasa (8/7), pesawat tempur Israel telah menggempur 550 target di sekitar Gaza.

Di sisi lain, sudah 170 rudal ditembakkan dari Gaza menuju Israel. Sebanyak 45 di antaranya mengenai pusat-pusat sejumlah kota, termasuk di antaranya Jerusalem dan Tel Aviv.

Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan sudah berbicara dengan sejumlah pemimpin dunia termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Palestina Mahmud Abbas, Presiden Mesir Abdul Fatah al-Sisi, dan juga Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry untuk membahas krisis ini.

"Saya sangat khawatir terhadap gelombang kekerasan baru di Gaza, Israel bagian selatan, dan juga Tepi Barat--termasuk di antaranya Yerusalem Timur. Ini adalah ujian paling kritis bagi kawasan (Timur Tengah) dalam beberapa tahun terakhir," kata Ban.

"Gaza saat ini berada di ujung tanduk. Situasi yang terus memburuk ini dalam terus menjadi spiral yang dapat dengan cepat tidak terkontrol oleh siapapun," kata dia.

"Resiko meluasnya gelombang kekerasan ini sangat besar terjadi. Gaza, dan kawasan Timur Tengah secara keseluruhan, tidak boleh kembali mengalami perang," kata Ban.

Di sisi lain, Ban juga mengecam serangan-serangan rudal dari Gaza yang ditujukan ke wilayah Israel. Dia mengatakan, "serangan tersebut tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan." Dia juga mendesak Netanyahu untuk menahan diri dan menghormati kewajiban internasional mengenai perlindungan bagi masyarakat sipil.

Terpaksa menyambut maut Di Gazaa Palestina

Sebab kalau roket-roket itu sudah datang dan sirene peringatan meraung-raung, dia mesti bergegas berlindung ke dalam bunker dalam rumahnya.

Raemer menetap di Kibbutz Nirim, komunitas pertanian Yahudi di wilayah Eshkol, sekitar 2,4 kilometer dari perbatasan Gaza. 'Semua telah disipakan sehingga mudah bagi saya berlari (ke tempat berlindung)," katanya seperti dilansir stasiun televisi CNN kemarin. Sepekan ini saja sudah empat roket menghantam daerahnya.

Pihak berwenang telah memperingatkan waktu untuk segera menyelamatkan diri sangat singkat setelah alarm berbunyi: 15 detik saja. "Bukan 15 detik, hampir sepuluh detik," ujar Raemer. "Kadang Anda mendengar ledakan baru lari."

Perang telah bergulir sejak Selasa lalu. Para pejuang Palestina di Gaza dan Israel saling melancarkan serangan. Hanya saja palagan ini tidak berjalan seimbang. Gaza tidak memiliki angkatan perang, sedang negara Zionis itu perkasa secara teknologi militer.

Alhasil, hanya dalam tiga hari operasi militer bersandi Jaga Perbatasan telah menewaskan sedikitnya 63 warga Gaza, termasuk belasan anak, dan melukai hampir 500 orang. Di pihak Israel nihil korban meninggal, hanya belasan orang cedera.

Raemer bekerja memberi pelatihan lewat Internet sehingga lebih banyak di rumah. Sejak konflik bersenjata meningkat, sekolah, kantor, dan toko-toko tutup. Toko hanya buka sejam di waktu pagi dan sejam lagi saat sore.

Konflik memuncak setelah kematian mengenaskan Muhammad Abu Khudair, 15 tahun. Tiga pemukim Yahudi nasionalis membakar hidup-hidup remaja asal Shuafat, Yerusalem Timur, itu. Bentrokan dengan polisi antihuru-hara segera meletup di seantero Tepi Barat. Para pejuang di Gaza membalas dengan serangan roket ke wilayah Israel.

Penculikan Abu Khudair merupakan serangan balasan atas penculikan sekaligus pembunuhan tiga warga mereka, yakni Eyal Yifrach, Gilad Shaar, dan Naftali Fraenkel. Dua anggota Hamas di Kota Hebron, Tepi Barat, masih buron ditetapkan sebagai tersangka ialah Amir Abu Aisyah dan Marwan Qawasmi.

Raemer telah bermukim di Nirim sejak 1975. Dia ingat betul situasinya dulu sangat berbeda. Dia biasa menyetir mobil
ke Gaza untuk berbelanja. Rumahnya pun dibangun oleh seorang tukang dari Gaza. "Mereka bukan musuh saya," ucapnya. "Saya tidak ragu mereka ingin anak-anak mereka aman."

Raemer sudah kadung cinta mati dengan kibbutz tempat tinggalnya. Karena itu, dia tidak mau mengikuti jejak dua anaknya mengungsi ke wilayah tengah Israel sejak serangan roket berlipat.

Tapi Raemer jauh lebih beruntung ketimbang Rasya, warga Khan Yunis, selatan Gaza. Dia tidak mempunyai bunker perlindungan. Dia cuma bisa berdoa saban kali jet-jet tempur dan pesawat pengebom nirawak Israel menggempur Gaza. mereka bisa datang kapan saja: pagi dan malam. 

Pemerintah Indonesia kecam serangan Israel ke Gaza

Pemerintah Indonesia mengecam aksi militer Israel di Gaza, suatu tindakan telah menimbulkan banyak korban sipil tidak berdosa di kalangan warga Palestina dan menciptakan hambatan baru bagi kondisi kondusif terhadap proses perdamaian Palestina-Israel," tegas Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, menyikapi perkembangan di Gaza akhir-akhir ini, melalui siaran pers, Kamis (10/7).

Marty mengatakan tindakan Israel ini perlu ditentang lantaran aksi militer dari negeri Yahudi itu semakin menambah penderitaan dialami rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat selama ini sebagai akibat pengepungan oleh Israel yang tidak lain merupakan suatu "collective punishment" terhadap rakyat Palestina.

"Perlu dipahami inti permasalahan adalah pendudukan Palestina oleh Israel yang harus segera diakhiri melalui proses perundingan perdamaian guna mencapai visi dua negara yang hidup berdampingan (two states solution)," ujar Marty.

Menghadapi sikap Israel ini, Dewan Keamanan PBB, PBB pada umumnya serta masyarakat internasional secara keseluruhan perlu menekan Israel untuk segera menghentikan aksi kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Gaza. "Lingkaran kekerasan di kawasan perlu diakhiri," tegas Marty.

Marty menjelaskan dalam kaitan ini, melalui Perutap RI di PBB, Indonesia akan bekerja sama dengan Palestina, sesama negara Gerakan Non-Blok (GNB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan negara-negara lainnya dalam mendorong kepedulian internasional mengenai perkembangan di Gaza.
Copyright 2009 MBING CANTIK. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates